Senin, 28 Maret 2016

Masalah Ekonomi

1.     Krisis Ukraina Hambat Perekonomian Global

Menurut penilaian Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi global akan melambat karena krisis di Ukraina. Musim dingin hebat di Amerika Serikat juga menghambat pertumbuhan ekonomi.
Menurut para ahli Bank Dunia, krisis di Ukraina akan punya dampak lebih besar pada perkembangan ekonomi dunia dari yang diperkirakan sebelumnya. Eskalasi situasi di negara itu bisa merusak kepercayaan pelaku ekonomi, yang kemudian membatalkan investasi secara umum dan bersikap menunggu.
Bank Dunia hari Selasa (10/06) merilis prediksi perkembangan ekonomi 2014 itu di Washington. Selain krisis Ukraina, musim dingin hebat yang melanda Amerika Serikat awal tahun ini juga meredam pertumbuhan ekonomi. Bank Dunia mengoreksi prediksi pertumbuhan ekonomi 2014 dari 3,2 persen menjadi 2,8 persen.
Menurut Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang juga menunjukkan perlambatan. Untuk ketiga kalinya berturut-turut, pertumbuhan ekonomi di kawasan itu tahun 2014 akan berada di bawah 5 persen.
Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim mengatakan, angka pertumbuhan ini terlalu kecil untuk bisa menampung angkatan kerja baru yang memasuki pasar. Akibatnya, sulit untuk mengangkat kesejahteraan 40 persen warga paling miskin di dunia. Ia menambahkan, angka pertumbuhan ekonomi yang paling mengecewakan terlihat di Afrika bagian selatan, India dan Timur Tengah.

Perundingan gas dilanjutkan

Eropa masih menunggu hasil perundingan dalam sengketa gas antara Ukraina dan Rusia. Sengketa ini jika berlarut-larut bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi di seluruh Eropa. Perusahaan gas Rusia Gazprom memberi batas waktu kepada Ukraina sampai hari Senin depan untuk melunasi utang-utangnya. Jika tidak, Rusia mengancam akan menghentikan pemasokan gas dan hanya akan menyalurkan gas jika ada pembayaran dimuka.
Ukraina adalah negara transit terpenting untuk pemasokan gas dari Rusia ke Eropa. Banyak kalangan khawatir, sengketa ini akan mengganggu pemasokan gas ke seluruh kawasan Uni Eropa. Terutama Jerman sangat tergantung pada pasokan gas dari Rusia.
Kanselir Jerman Angela Merkel hari Selasa melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang sengketa gas itu. Bagian Penerangan di Kremlin menerangkan, Putin memberitahu Merkel masih ada beberapa "kesulitan". Tapi Putin berharap bisa segera ditemukan kompromi yang memuaskan kedua pihak.
Ukraina dan Rusia melakukan perundingan di Brussel di bawah penengahan Uni Eropa. Kalangan diplomat memperkirakan, perundingan itu bisa berlangsung sampai beberapa hari. Pembicaraan pertama hari Senin gagal mencapai kesepakatan dan akan dilanjutkan hari Rabu di bawah pimpinan Komisaris Energi Eropa, Günther Oettinger.
Tanggal 11.06.2014

2.     ECB Siapkan Dana Rp15.417 T untuk Pinjaman Bank

 

MILAN - Mantan anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa (ECB), Jose Manuel Gonzalez-Paramo mengatakan, bank sentral akan menyiapkan dana untuk pinjaman.

 

Menurutnya, bank cenderung mengambil dekat 1 triliun euro (USD1,3 triliun) atau senilai Rp15.417 triliun (kurs Rp11.859/USD) dalam lelang kas yang dimulai

tahun ini.

 

"Saya tidak akan terkejut jika kita melihat antara 700 miliar euro dan 900 miliar euro, dalam apa yang disebut operasi TLTRO dimulai pada 18 September," kata Gonzalez-Paramo, yang kini menjabat sebagai anggota dewan eksekutif Banco Bilbao Vizcaya Argentaria (BBVA) SA, dilansir dari Bloomberg, Sabtu (13/9/2014).

 

"Bank-bank cukup senang meminta uang ini, dan mereka bersedia memberikan pinjaman. Take-up di Spanyol bisa menjadi besar," lanjutnya.

 

ECB berusaha menghidupkan kembali pinjaman terhadap perusahaan dan rumah tangga di kawasan 18 negara mata uang tunggal euro, setelah penurunan lebih dari dua tahun.

 

Usai penurunan suku bunga bulan ini, tawaran TLTRO, yang dikaitkan dengan kinerja kredit perbankan, menjadi lebih menarik sebagai dana yang dipinjamkan selama empat tahun (dengan menggunakan kurs pada hari lelang ditambah 10 basis poin).

 

Operasi pertama, dibagikan pada 18 September, kedua pada 11 Desember, dan setelah itu bank dapat mengajukan tawaran dalam operasi sampai Juni 2016.

 

http://ecb-siapkan-dana-rp15-417-t-untuk-pinjaman-bank.html

Tanggal 13 September 2014  −  10:14 WIB






3.     Suplai Bahan Bakar AS Meningkat, WTI Terkoreksi

 

MELBOURNE - Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun untuk kali kedua dalam tiga hari berturut-turut setelah data industri menunjukkan suplai bahan bakar di Amerika Serikat (AS) meningkat.

 

Dilansir dari Bloomberg, Kamis (4/9/2014), minyak berjangka (futures) turun sebesar 0,5% di New York. American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa stok bensin dan distilat bertambah 400.000 barel pada pekan lalu. Sementara survei Bloomberg memperkirakan bahwa data Administrasi Informasi Energi (EIA) hari ini akan merilis bahwa suplai bahan bakar motor menyusut 1,4 juta barel.

 

Adapun API menyatakan bahwa stok minyak mentah AS turun 500.000 barel pada pekan yang berakhir 29 Agustus. Sementara EIA diperkirakan akan melaporkan persediaan minyak mentah turun 1 juta.

 

WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Oktober tergelincir 47 sen menjadi USD95,07 per barel dan berada di harga USD95,15 pada pukul 08.56 pagi waktu Sydney.

 

Semua volume berjangka yang diperdagangkan sekitar 54% di bawah rata-rata 100 hari. Harga telah turun 3,3% sepanjang tahun ini.

 

Sementara minyak brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk pengiriman Oktober naik USD2,43 atau 2,4% menjadi USD102,77 per barel. Premi minyak mentah patokan Eropa ini terhadap WTI sebesar USD7,23.

 

http://masalahekonomidunia/suplai-bahan-bakar-as-meningkat-wti-terkoreksi.html

Tanggal 4 September 2014  −  09:02 WIB

 




4.     WTI Dekati Harga Tertinggi Lebih dari Sepekan
MELBOURNE - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati harga tertinggi dalam lebih dari sepekan menjelang data suplai minyak, yang akan memberikan sinyal kekuatan permintaan bahan bakar di Amerika Serikat sebagai konsumen minyak terbesar di dunia.
Minyak berjangka (futures) sedikit berubah di New York setelah menguat 0,7%, kemarin. Menurut survei Bloomberg News, persediaan minyak mentah kemungkinan menyusut 1,5 juta barel pekan lalu menjadi 357,1 juta. Administrasi Informasi Energi (EIA) baru akan merilis data suplai minyak, besok.
Survei Bloomberg juga menyebutkan, stok bensin AS kemungkinan turun 425.000 barel pada pekan yang berakhir 12 September 2014. Industri yang didanai American Petroleum Institute dijadwalkan akan merilis data pasokan terpisah hari ini.
Sementara Menteri Energi Rusia Alexander Novak akan bertemu dengan para pejabat dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di Wina, hari ini.
"Data EIA akan diawasi ketat. Anda harus mengawasi OPEC. Jika Saudi keluar dan mengatakan mereka harus menahan ekspor, kemungkinan mereka akan coba mendapatkan harga brent menjadi sekitar USD100 per barel," kata analis di Fat Prophets David Lennox seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (16/9/2014).
WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Oktober berada di harga USD92,78 per barel, turun 14 sen pada pukul 11.31 siang waktu Sydney. Kontrak tersebut turun 65 sen dibanding kemarin di harga USD92,92, penutupan tertinggi sejak 5 September 2014.
Semua volume minyak berjangka yang diperdagangkan sekitar 33% di bawah rata-rata 100 hari. Harga minyak tersebut telah turun 5,7% sepanjang tahun ini.
Sementara minyak brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk pengiriman November naik 15 sen menjadi USD98,03 per barel. Kontrak Oktober yang berakhir kemarin setelah jatuh 46 sen menjadi USD96,65. Premi minyak mentah patokan Eropa ini terhadap WTI sebesar USD6,20 untuk bulan yang sama.
Tanggal 16 September 2014  −  09:43 WIB


 

5.      Surplus Perdagangan China Agustus Cetak Rekor Tertinggi

BEIJING - Surplus perdagangan China naik ke rekor tertinggi pada Agustus 2014, seiring meningkatnya pengiriman ke AS dan Eropa. Sementara impor turun untuk bulan kedua secara berturut-turut dan permintaan domestik merosot terutama di sektor properti.

Pihak Pabean di Beijing mengatakan, ekspor meningkat 9,4% dari tahun sebelumnya, dibandingkan 9% dari estimasi median dalam survei Bloomberg.

Di samping itu, nilai impor tak terduga turun 2,4%, meninggalkan surplus perdagangan sebesar USD49,8 miliar.

Arah ekspor dan impor menunjukkan bahwa China melakukan beberapa cara untuk mendorong pertumbuhan global, di mana IHS Inc memperkirakan bulan ini akan terjadi penurunan ekonomi AS pada 2024.

Permintaan domestik menggarisbawahi bahwa risiko terhadap target pertumbuhan ekonomi tahun ini sekitar 7,5%, karena harga rumah dan konstruksi jatuh.

"Pelemahan impor berlanjut menyoroti permintaan domestik yang lemah dan pemulihan pertumbuhan rapuh di China," kata Jian Chang, kepala ekonom China Barclays Plc di Hong Kong, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (8/9/2014).

Sebelumnya, peningkatan ekspor melompat 14,5% pada Juli dan membandingkan perkiraan analis keuntungan mulai dari 4,9% menjadi 17%.

Proyeksi rata-rata untuk impor meningkat 3%, setelah terjadi penurunan 1,6% pada Juli. Surplus perdagangan Agustus diperkirakan USD40 miliar, menyusul rekor sebelumnya sebesar USD47,3 miliar.

Ekspor China ke AS naik 11,4% pada Agustus dari tahun sebelumnya, sementara pengiriman ke Uni Eropa meningkat 12,1% (menurut data pemerintah yang dikumpulkan oleh Bloomberg). Sementara impor dari AS menurun 3,1%.
Tanggal 8 September 2014  −  10:56 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar