1. Krisis Ukraina Hambat
Perekonomian Global
Menurut penilaian Bank
Dunia, pertumbuhan ekonomi global akan melambat karena krisis di Ukraina. Musim
dingin hebat di Amerika Serikat juga menghambat pertumbuhan ekonomi.
Menurut para ahli Bank
Dunia, krisis di Ukraina akan punya dampak lebih besar pada perkembangan ekonomi dunia dari yang
diperkirakan sebelumnya. Eskalasi situasi di negara itu bisa merusak
kepercayaan pelaku ekonomi, yang kemudian membatalkan investasi secara umum dan
bersikap menunggu.
Bank Dunia hari Selasa
(10/06) merilis prediksi perkembangan ekonomi 2014 itu di Washington. Selain
krisis Ukraina, musim dingin hebat yang melanda Amerika Serikat awal tahun ini
juga meredam pertumbuhan ekonomi. Bank Dunia mengoreksi prediksi pertumbuhan
ekonomi 2014 dari 3,2 persen menjadi 2,8 persen.
Menurut Bank Dunia,
pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang juga menunjukkan perlambatan.
Untuk ketiga kalinya berturut-turut, pertumbuhan ekonomi di kawasan itu tahun
2014 akan berada di bawah 5 persen.
Presiden Bank Dunia Jim
Yong Kim mengatakan, angka pertumbuhan ini terlalu kecil untuk bisa menampung
angkatan kerja baru yang memasuki pasar. Akibatnya, sulit untuk mengangkat
kesejahteraan 40 persen warga paling miskin di dunia. Ia menambahkan, angka
pertumbuhan ekonomi yang paling mengecewakan terlihat di Afrika bagian selatan,
India dan Timur Tengah.
Perundingan gas dilanjutkan
Eropa masih menunggu
hasil perundingan dalam sengketa gas antara Ukraina dan Rusia. Sengketa ini
jika berlarut-larut bisa mengganggu pertumbuhan ekonomi di seluruh Eropa.
Perusahaan gas Rusia Gazprom memberi batas waktu
kepada Ukraina sampai hari Senin depan untuk melunasi utang-utangnya. Jika
tidak, Rusia mengancam akan menghentikan pemasokan gas dan hanya akan
menyalurkan gas jika ada pembayaran dimuka.
Ukraina adalah negara
transit terpenting untuk pemasokan gas dari Rusia ke Eropa. Banyak kalangan
khawatir, sengketa ini akan mengganggu pemasokan gas ke seluruh kawasan Uni
Eropa. Terutama Jerman sangat tergantung pada pasokan gas dari Rusia.
Kanselir Jerman Angela Merkel hari Selasa melakukan
pembicaraan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang sengketa gas
itu. Bagian Penerangan di Kremlin menerangkan, Putin memberitahu Merkel masih
ada beberapa "kesulitan". Tapi Putin berharap bisa segera ditemukan
kompromi yang memuaskan kedua pihak.
Ukraina dan Rusia
melakukan perundingan di Brussel di bawah penengahan Uni Eropa. Kalangan
diplomat memperkirakan, perundingan itu bisa berlangsung sampai beberapa hari.
Pembicaraan pertama hari Senin gagal mencapai kesepakatan dan akan dilanjutkan
hari Rabu di bawah pimpinan Komisaris Energi Eropa, Günther Oettinger.
Tanggal 11.06.2014
2.
ECB
Siapkan Dana Rp15.417 T untuk Pinjaman Bank
MILAN - Mantan anggota Dewan
Eksekutif Bank Sentral Eropa (ECB), Jose Manuel Gonzalez-Paramo mengatakan,
bank sentral akan menyiapkan dana untuk pinjaman.
Menurutnya, bank cenderung mengambil dekat 1 triliun euro (USD1,3
triliun) atau senilai Rp15.417 triliun (kurs Rp11.859/USD) dalam lelang kas
yang dimulai
tahun ini.
"Saya tidak akan terkejut jika kita melihat antara 700 miliar euro
dan 900 miliar euro, dalam apa yang disebut operasi TLTRO dimulai pada 18
September," kata Gonzalez-Paramo, yang kini menjabat sebagai anggota dewan
eksekutif Banco Bilbao Vizcaya Argentaria (BBVA) SA, dilansir dari Bloomberg,
Sabtu (13/9/2014).
"Bank-bank cukup senang meminta uang ini, dan mereka bersedia
memberikan pinjaman. Take-up di Spanyol bisa menjadi besar," lanjutnya.
ECB berusaha menghidupkan kembali pinjaman terhadap perusahaan dan rumah tangga di kawasan 18
negara mata uang tunggal euro, setelah penurunan lebih dari dua tahun.
Usai penurunan suku bunga bulan ini, tawaran TLTRO, yang dikaitkan dengan
kinerja kredit perbankan, menjadi lebih menarik sebagai dana yang dipinjamkan
selama empat tahun (dengan menggunakan kurs pada hari lelang ditambah 10 basis
poin).
Operasi pertama, dibagikan pada 18 September, kedua pada 11 Desember, dan
setelah itu bank dapat mengajukan tawaran dalam operasi sampai Juni 2016.
http://ecb-siapkan-dana-rp15-417-t-untuk-pinjaman-bank.html
Tanggal 13 September 2014 −
10:14 WIB
3.
Suplai Bahan
Bakar AS Meningkat, WTI Terkoreksi
MELBOURNE - Minyak mentah West
Texas Intermediate (WTI) turun untuk kali kedua dalam tiga hari berturut-turut
setelah data industri menunjukkan suplai bahan bakar di Amerika Serikat (AS)
meningkat.
Dilansir dari Bloomberg,
Kamis (4/9/2014), minyak berjangka (futures) turun sebesar 0,5% di New York. American
Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa stok bensin dan distilat bertambah
400.000 barel pada pekan lalu. Sementara survei Bloomberg memperkirakan bahwa data
Administrasi Informasi Energi (EIA) hari ini akan merilis bahwa suplai bahan
bakar motor menyusut 1,4 juta barel.
Adapun API menyatakan bahwa stok minyak mentah AS turun 500.000 barel
pada pekan yang berakhir 29 Agustus. Sementara EIA diperkirakan akan melaporkan
persediaan minyak mentah turun 1 juta.
WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Oktober tergelincir
47 sen menjadi USD95,07 per barel dan berada di harga USD95,15 pada pukul 08.56
pagi waktu Sydney.
Semua volume berjangka yang diperdagangkan sekitar 54% di bawah rata-rata
100 hari. Harga telah turun 3,3% sepanjang tahun ini.
Sementara minyak brent di ICE Futures Europe Exchange, London untuk
pengiriman Oktober naik USD2,43 atau 2,4% menjadi USD102,77 per barel. Premi
minyak mentah patokan Eropa ini terhadap WTI sebesar USD7,23.
http://masalahekonomidunia/suplai-bahan-bakar-as-meningkat-wti-terkoreksi.html
Tanggal 4 September 2014 − 09:02 WIB
4. WTI Dekati Harga Tertinggi
Lebih dari Sepekan
MELBOURNE -
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan mendekati
harga tertinggi dalam lebih dari sepekan menjelang data suplai minyak, yang
akan memberikan sinyal kekuatan permintaan bahan bakar di Amerika Serikat
sebagai konsumen minyak terbesar di dunia.
Minyak berjangka (futures)
sedikit berubah di New York setelah menguat 0,7%, kemarin. Menurut survei Bloomberg News, persediaan minyak
mentah kemungkinan menyusut 1,5 juta barel pekan lalu menjadi 357,1 juta.
Administrasi Informasi Energi (EIA) baru akan merilis data suplai minyak,
besok.
Survei Bloomberg
juga menyebutkan, stok bensin AS kemungkinan turun 425.000 barel pada pekan
yang berakhir 12 September 2014. Industri yang didanai American Petroleum
Institute dijadwalkan akan merilis data pasokan terpisah hari ini.
Sementara Menteri Energi Rusia Alexander Novak akan bertemu
dengan para pejabat dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di
Wina, hari ini.
"Data EIA akan diawasi ketat. Anda harus mengawasi
OPEC. Jika Saudi keluar dan mengatakan mereka harus menahan ekspor, kemungkinan
mereka akan coba mendapatkan harga brent menjadi sekitar USD100 per
barel," kata analis di Fat Prophets David Lennox seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (16/9/2014).
WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Oktober
berada di harga USD92,78 per barel, turun 14 sen pada pukul 11.31 siang waktu
Sydney. Kontrak tersebut turun 65 sen dibanding kemarin di harga USD92,92,
penutupan tertinggi sejak 5 September 2014.
Semua volume minyak berjangka yang diperdagangkan sekitar
33% di bawah rata-rata 100 hari. Harga minyak tersebut telah turun 5,7%
sepanjang tahun ini.
Sementara minyak brent di ICE Futures Europe Exchange,
London untuk pengiriman November naik 15 sen menjadi USD98,03 per barel.
Kontrak Oktober yang berakhir kemarin setelah jatuh 46 sen menjadi USD96,65.
Premi minyak mentah patokan Eropa ini terhadap WTI sebesar USD6,20 untuk bulan
yang sama.
Tanggal 16 September 2014 −
09:43 WIB
5.
Surplus
Perdagangan China Agustus Cetak Rekor Tertinggi
BEIJING - Surplus perdagangan China naik
ke rekor tertinggi pada Agustus 2014, seiring meningkatnya pengiriman ke AS dan
Eropa. Sementara impor turun untuk bulan kedua secara berturut-turut dan
permintaan domestik merosot terutama di sektor properti.
Pihak Pabean
di Beijing mengatakan, ekspor meningkat 9,4% dari tahun sebelumnya,
dibandingkan 9% dari estimasi median dalam survei Bloomberg.
Di samping itu, nilai impor tak
terduga turun 2,4%, meninggalkan surplus perdagangan sebesar USD49,8 miliar.
Arah ekspor dan impor menunjukkan
bahwa China melakukan beberapa cara untuk mendorong pertumbuhan global, di mana
IHS Inc memperkirakan bulan ini akan terjadi penurunan ekonomi AS pada 2024.
Permintaan
domestik menggarisbawahi bahwa risiko terhadap target pertumbuhan ekonomi tahun
ini sekitar 7,5%, karena harga rumah dan konstruksi jatuh.
"Pelemahan
impor berlanjut menyoroti permintaan domestik yang lemah dan pemulihan
pertumbuhan rapuh di China," kata Jian Chang, kepala ekonom China Barclays
Plc di Hong Kong, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (8/9/2014).
Sebelumnya,
peningkatan ekspor melompat 14,5% pada Juli dan membandingkan perkiraan analis
keuntungan mulai dari 4,9% menjadi 17%.
Proyeksi rata-rata untuk impor
meningkat 3%, setelah terjadi penurunan 1,6% pada Juli. Surplus perdagangan
Agustus diperkirakan USD40 miliar, menyusul rekor sebelumnya sebesar USD47,3
miliar.
Ekspor China
ke AS naik 11,4% pada Agustus dari tahun sebelumnya, sementara pengiriman ke
Uni Eropa meningkat 12,1% (menurut data pemerintah yang dikumpulkan oleh Bloomberg). Sementara impor dari AS menurun 3,1%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar