Senin, 28 Maret 2016

INFLASI dan DEFLASI

INFLASI DAN DEFLASI

I.         Inflasi
A.    Pengertian Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.

B.     Jenis – Jenis Inflasi
Ø  Berdasarkan tingkat Keparahannya :
a.       Inflasi Ringan, yaitu tingkat inflasi sampai dengan 10% atau 20% setahun
b.      Inflasi Sedang, yaitu antara 10% s/d 30% setahun
c.       Inflasi Berat, yaitu antara 30% s/d 100% setahun
d.      Hiper Inflasi, yaitu di atas 100% setahun

Ø  Berdasarkan Sebab Terjadinya :
a.       Demand Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena desakan permintaan masyarakat akan barang dan jasa begitu kuat. Inflasi ini muncul karena naiknya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung membeli barang dan jasa lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya seseorang yang biasa mengkonsumsi jus satu gelas sehari, karena pendapatnya meningkat, maka konsumsi jusnya juga meningkat menjadi 2 gelas sehari. Dengan meningkatnya konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga barang-barang.
b.      Cost-push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena naiknya biaya produksi. Misalnya terjadi kenaikan bahan bakar atau tuntutan buruh akan kenaikan upah, dimana kedua hal itu merupakan bagian dari biaya produksi, maka perusahaan pun akan menaikkan harga jual barang dan jasanya.
c.       Bottleneck inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh berubahnya struktur permintahan yang lebih cepat daripada pergeseran-pergeseran didalam peredaran barang (distribusi barang).

Ø  Berdasarkan Sumber Terjadinya
a.       Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal atau bersumber dari dalam negeri. Misalnya pemerintah mengalami defisit anggaran belanja kemudian pemerintah mencetak uang baru, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Keadaan ini akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang tetap, maka hal ini akan mendorong kenaikan harga barang-barang, panenan gagal, dan sebagainya.
b.      Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri. Sebagai contoh adalah negara kita, dimana negara kita masih banyak mengimpor bahan baku dan barang modal lainnya. Apabila harga barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya produksi juga meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga jual barang dan jasa.

C.    Penyebab Terjadinya Inflasi
1.      Naiknya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa
Ketika pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri sipil (PNS), biasanya diikuti dengan kenaikan permintaan barang dan jasa. Bila kenaikan besarnya permintaan ini tidak diimbangi dengan penambahan volume barang dan jasa di pasar, maka hal ini akan berakibat pada naiknya harga barang dan jasa. Kenaikan gaji PNS ini pada dasarnya mengindikasikan adanya kenaikan jumlah uang yang beredar. Jenis inflasi ini disebut demand-pull inflation.
2.      Kenaikan biaya produksi
Pada waktu pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), maka harga barang-barang di pasar juga akan meningkat. Karena kenaikan harga BBM berdampak pada kenaikan biaya produksi, akibatnya perusahaan juga menaikkan harga jual barang dan jasanya. Disini terjadi cost-push inflation.
3.      Defisit anggaran belanja negara ( APBN )
Defisit APBN yang ditutup dengan percetakan uang baru oleh Bank Indonesia, akan berakibat pada bertambahnya jumlah uang beredar, dimana hal ini akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa.
4.      Menurunnya nilai tukar rupiah
Menurunnya nilai tukar terhadap valuta asing, seperti US dollar, Yen, Deutche Mark, akan berdampak pada semakin mahalnya barang-barang produksi impor. Hal ini berakibat pada kenaikan biaya produksi.

D.    Dampak Terjadinya Inflasi
Dampak negatifnya antara lain :
1.      Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
2.      Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
3.      Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
4.      Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
5.      Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
6.      Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.

Sedangkan dampak positifnya antara lain :
1.      Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
2.      Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
3.      Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.

E.     Upaya Menekan Terjadinya Inflasi
Secara umum terdapat tiga kebijakan yang dilakukan untuk menekan laju inflasi diantaranya kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan non moneter.
1.      Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter biasanya bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :

a.       Politik Diskonto
Politik diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikan dan menurunkan tingkat bunga. Dengan menaikan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang, karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di Bank dari pada menjalankan investasi. Sebaliknya, Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika timbul deflasi (yang akan dibahas lebih dalam pada halaman berikutnya). Dengan diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik uangnya dari bank karena bunga tidak memadai.
b.      Kebijakan Persediaan Kas (cash ratio policy)
Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu angka perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan.

2.      Kebijakan Fiskal
a.       Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini diharapkan penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan perencaan. Kalau pembelajaan Negara melampui batas yang telah ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang beredar begitu juga sebaliknya.
b.      Menaikan Tarif Pajak
Saat terjadi inflasi uang beredar lebih banyak. Jumlah uang beredar tersebut dapat dikurangi dengan jalan menaikan tarif pajak. Jika tarif pajak dinaikkan uang yang dibelanjakan oleh masyarakat berkurang. Namun harus diperhatikan agar tidak terjadi ketimpangan atau ketidakadilan perlu diperhatikan golongan masyarakat mana yang dinaikkan pajaknya.
c.       Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah dapat mngadakan pinjaman pemerintah baik dengan jalan paksaan ataupun tidak, untuk mengurangi uang yang beredar di masyarakat. Cara yang paling ampuh dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan membekukan simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank. Dapat juga ditempuh dengan jalan memotong gaji pegawai negeri untuk di tabung.

3.      Kebijakan Non-Moneter
a.       Menaikan Hasil Produksi
Kenaikan hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan hasil produksi dapat dilakukan dengan cara kebijakan penurunan bea masuk. Hal ini akan berakibat impor barang meningkat. Pertambahan jumlah barang di dalam negericenderung menurunkan harga.
b.      Kebijakan Upah
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji tidak sering dinaikan. Kenaikan gaji dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli. Hal ini pada akhirnya menaikan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan. Apabila hal ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi.
c.       Pengawasan harga dan distribusi barang-barang








II.      Deflasi
A.    Pengertian
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Ada pula deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat.
Teori Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of Money) didapatkan dari persamaan Fisher sebagai berikut:
MV = PT
Keterangan :
-           M : Money Supply atau persediaan uang di masyarakat
-           V : Velocity atau kecepatan perputaran uang.
-           P : Average Price Level atau tingkat harga rata-rata.
-           T : Total Number of transactions atau jumlah transaksi.

B.     Penyebab Terjadinya Deflasi
1.      Menurunnya Persediaan Uang di Masyarakat
Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat ini cenderung disebabkan karena sebagian besar masyarakat menyimpan uangnya di bank.
2.      Meningkatnya Persediaan Barang
Apabila permintaan barang meningkat, produsen cenderung terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti itu.
3.      Menurunnya Permintaan Akan Barang
Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan produksi tetap dilakukan, maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat harga barang yang bersangkutan.



C.    Dampak Terjadinya Deflasi
Dampak negatif deflasi terhadap perekonomian:
a.       Merosotnya pendapatan sektor bisnis
Agar bisa tetap kompetitif harga harus diturunkan, dan jika keadaan ini berlangsung terus-menerus maka keuntungan sektor bisnis yang mencakup industri, manufaktur, perdagangan bahkan perumahan dan jasa akan merosot tajam, bahkan mengalami kerugian. Dalam keadaan normal keuntungan sektor bisnis memang bisa turun, tetapi akan mengalami recovery, tetapi dalam perekonomian yang sedang mengalami deflasi hal tersebut tidak terjadi meskipun mereka melakukan efisiensi dalam produksi atau bisa mengurangi biaya belanja material yang harganya terus turun. Mereka akan mengalami kerugian besar bila keadaan deflasi terus berlangsung hingga harus menghentikan aktivitasnya.
b.      Pengurangan gaji dan pemutusan hubungan kerja (PHK)
Sebagai akibat dari point 1, maka banyak perusahaan yang akan mengurangi pengeluaran dengan berbagai cara termasuk menghentikan sebagian usahanya, mengurangi gaji para karyawan, merumahkan sementara karyawan yang dianggap kurang berfungsi bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja. Ini jauh lebih buruk dari dampak yang ditimbulkan oleh inflasi.
c.       Perubahan pola pengeluaran konsumen
Hubungan antara deflasi dan pengeluaran konsumen relatif agak kompleks dan sulit diperkirakan. Namun secara umum dalam keadaan deflasi pada mulanya mereka akan memanfaatkan turunnya harga-harga sehingga pengeluaran konsumen naik tajam. Setelah gaji mereka berkurang atau bahkan tidak bekerja lagi akibat dari point 2, mereka akan mengurangi pengeluarannya dengan tajam pula, sehingga angka pengeluaran konsumen akan berubah turun tajam. Sungguh tidak bisa dibayangkan bagaimana akibat jangka panjangnya bila deflasi tidak cepat ditanggulangi.
d.      Anjloknya investasi dan harga-harga saham
Akibat dari point 1, para investor tentu akan menahan dananya sambil menunggu peluang pasca deflasi. Karena banyak perusahaan merugi tentu saja harga sahamnya merosot, dan efek domino ini akan berlangsung dengan cepat hingga indeks harga saham anjlok. Para investor tentu tidak akan menahan portofolio-nya di saham.
e.       Turunnya iklim kredit
Akibat dari point 1 dan point 2, para kreditur akan membatasi nilai kreditnya atau menghentikan kredit baru. Banyak perusahaan leasing (property, mobil dan lainnya) yang mengalami kesulitan pada saat deflasi akibat banyak peminjam yang default (gagal bayar). Bank telah menurunkan suku bunga pinjaman, tetapi hanya sedikit yang bersedia meminjam.

Dampak negatif deflasi terhadap nilai tukar mata uang:
Sebagai contoh nilai tukar Yen yang cenderung terus menguat terhadap US Dollar selama periode deflasi berat sejak tahun 1990-an hingga awal tahun 2013. Dampak berantai dari menguatnya nilai tukar mata uang adalah makin mahalnya produk-produk ekspor yang mengakibatkan turunnya permintaan dan mengganggu kinerja sektor industri dan manufaktur domestik. Bank sentral tentu akan berusaha dengan keras untuk memperlemah nilai tukar mata uangnya seperti yang pernah dilakukan Bank of Japan (BoJ) dengan membeli US Dollar secara besar-besaran.
Dampak positifnya adalah deflasi akan membuat orang menyimpan uang sehingga uang benar-benar dihargai dan jaminan keamanan sosial politik. Orang akan banyak berinvestasi langsung dan ketersediaan barang terjamin. Akibatnya nilai mata uang akan menguat.



D.    Cara Penanggulangan Deflasi
Untuk mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah dan semua pihak yang terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan ekonomi yang sempat terhenti karena salah urus tersebut. Lazim dikatakan oleh para analis ekonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter yang sebenarnya tidak memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat menaikkan suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol persen bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah menjadi nol juga atau bahkan negatif. Belum lagi hal ini akan memicu aksi spekulan luar negeri yang dapat menjalankan Carry Trade sehingga nilai uang justru menjadi jatuh. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani sementara ekspor tidak menunjukkan kenaikan signifikan berhubung melemahnya mata uang disebabkan oleh aksi spekulan semata-mata.
Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar. Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan menukarkannya dengan uang tunai. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar